Siapa sebenarnya yang punya kekuasaan untuk menyesatkan manusia berdasarkan ajaran Islam, disatu ayat dikatakan Iblis atau syaitan, sedangkan pada ayat lain disebut Allah menyatakan diri-Nya yang berkuasa dan menentukan mana manusia yang akan disesatkan dan mana yang diberi-Nya petunjuk. Umat laen terlihat ‘sangat berkeberatan’ dengan adanya pernyataan bahwa Tuhan ikut ‘andil’ dalam kesesatan yang dilakukan oleh manusia . banyak argumen mengatakan bahwa Tuhan itu baik (sesuai pengertian baik yang ada dalam kehidupan manusia) maka tidak mungkin Dia ikut ‘cawe-cawe’ :D dalam kejahatan yang ada, bahkan ketika ditanya : lalu darimana asal-mulanya kejahatan..??
siapa yang menciptakan kejahatan sehingga kejahatan tersebut ada, maka sesuai apa yang diajarkan selalu ada jawaban standar bahwa kejahatan merupakan ‘akibat’ dari penyimpangan yang dilakukan manusia dari jalan yang seharusnya, yaitu jalan kebaikan. Ini tentu suatu jawaban yang tidak memuaskan karena merupakan jawaban yang ‘jauh panggang dari api’, yang ditanya adalah asal-muasal adanya kejahatan sebagai suatu kondisi yang sebelumnya tidak ada, namun dijawab melalui hukum sebab-akibat, suatu hukum yang terjadi karena ‘kondisi sebab’ dan kondisi akibat’ memang sudah tercipta terlebih dahulu dari ketiadaan, lalu pertanyaan kembali akan bergulir : lalu siapa yang menciptakan hukum sebab-akibat yang mempunyai unsur kondisi kejahatan didalamnya..??
Al-Qur’an mengajarkan bahwa kesesatan yang dilakukan manusia merupakan ijin, kuasa dan kehendak Allah, banyak ayat yang menyatakan hal ini, misalnya : [QS 6:39], [QS 6:125], [QS 13:27], [QS 14:4], [QS 16:39], [QS 35:8]. Bahkan ketika Iblis memproklamirkan dirinya sebagai pihak yang seumur-umur ingin menyesatkan manusia, maka itu dilakukan berdasarkan kuasa dari Allah :
[38:82] Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,
Pertanyaan muncul : "kalau begitu apakah Tuhan bisa bertindak menyesatkan manusia semuanya..??", tidak peduli apakah manusia tersebut telah berusaha untuk terhindar dari perbuatan sesat atau tidak, kalau memang Tuhan sudah menghendakinya, lalu kita mau apa..??, tentu saja hal ini bisa saja terjadi dan ini adalah suatu pertanyaan yang logis, maka adalah jawaban yang logis pula kalau kemudian kita harus menyerahkan semua keputusan soal ini kepada Tuhan itu sendiri : kalau semua kesesatan dan kejahatan memang berdasarkan kuasa, ijin dan kehendak Allah, lalu APA YANG TELAH DITETAPKAN ALLAH UNTUK DIRINYA SENDIRI..??, Al-Qur’an menyampaikan :
[6:39] Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu dan berada dalam gelap gulita. Barangsiapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikan-Nya berada di atas jalan yang lurus.
[13:27] Orang-orang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mu'jizat) dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya",
[14:27] Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.
[35:8] Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan) ? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.
Semua ayat Al-Qur’an yang menyatakan ‘Allah menyesatkan manusia’ selalu terkait dengan perbuatan apa yang telah dilakukan manusia tersebut sehingga muncul pernyataan bahwa Allah akan menyesatkannya dan tidak memberinya petunjuk, maka tindakan Allah tersebut bukanlah suatu hal yang dilakukan-Nya tanpa sebab, sekalipun Allah tentu saja memiliki kehendak untuk berbuat apa saja, baik ada alasannya maupun tidak. Misalnya : ayat [QS 6:39] terkait dengan pembangkangan manusia terhadap ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah, ayat [QS 13:27] dikaitkan dengan orang-orang yang mengingkari janjinya dengan Allah dan berbuat kerusakan dimuka bumi, dan ayat [QS 14:27] terkait dengan manusia yang mempersekutukan Allah dan diumpamakan dengan pohon yang buruk.
Pikiran logis kita bisa saja mengatakan : kalau begitu tindakan Allah tersebut terikat dengan hukum sebab-akibat (kausalitas), tindakan Allah menyesatkan manusia terikat dengan SEBAB tidak mau menjauhi larangan ALLAH, sebaliknya perbuatan Allah untuk memberikan petunjuk terikat dengan perbuatan manusia itu sendiri untuk Selalu memenuhi perintah Allah.,
Pernyataan bahwa Allah berkehendak, berkuasa dan memberi ijin atas kesesatan yang kita lakukan sudah berfungsi sebagai petunjuk agar kita selalu berusaha untuk tidak menjadi orang yang disesatkan-Nya, tanpa harus ‘repot-repot’ memikirkan apa yang tidak diberitahukan Tuhan tentang diri-Nya, petunjuk Allah tersebut sudah bisa kita manfaatkan untuk dasar tindakan kita selanjutnya.
Disisi lain, Allah juga memberikan informasi bahwa bagi manusia yang berusaha untuk mendapatkan pemahaman atas petunjuk, maka Allah akan memberikannya kemampuan untuk memahaminya :
[2:1] Alif laam miin. [2:2] Kitab (Al Quraan) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, [2:3] (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. [2:4] dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. [2:5] Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
Bahkan petunjuk Allah sebagai salah satu bagian pertolongannya, hanya bisa diberikan bagi kita yang berdo’a dan berusaha untuk mengikuti segala perintah Allah :
[2:186] Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Konsep tentang kuasa, kehendak dan ijin Allah terhadap kesesatan manusia mengakibatkan kita tidak bisa lagi menyalahkan Tuhan atas konsekuensi yang akan kita terima karena perbuatan sesat kita tersebut, ketika kita akan menyalahkan Tuhan dengan mengatakan : “perbuatan sesat yang saya lakukan semata-mata karena kehendak, kuasa dan ijin Engkau..yaa..Allah..!!, oleh sebab itu saya tidak pantas untuk menerima hukumannya”, merupakan pernyataan yang aneh, karena jelas disampaikan dalam Al-Qur’an bahwa Allah memang menjalankan kehendak, kuasa dan ijin-Nya KARENA PERBUATAN KITA SENDIRI. Makanya Al-Qur’an menyampaikan :
[4:111] Barangsiapa yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
[10:108] Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya teIah datang kepadamu kebenaran (Al Qur'an) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu".
[16:33] Tidak ada yang ditunggu-tunggu orang kafir selain dari datangnya para malaikat kepada mereka atau datangnya perintah Tuhanmu. Demikianlah yang telah diperbuat oleh orang-orang (kafir) sebelum mereka. Dan Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang selalu menganiaya diri mereka sendiri,
[17:15] Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.
Redaksi ayat tersebut jelas menyatakan bahwa kuasa, ijin dan kehendak terjadinya perbuatan jahat/dosa pada manusia terletak ditangan Allah, namun AKIBAT darinya ditanggung oleh manusia, karena kuasa, ijin dan kehendak Allah tersebut ‘direalisasikan’ Allah berdasarkan apa yang diperbuat oleh manusia. Ajaran ini membuat konflik dan kebingungan tentang siapa yang menciptakan dosa/kejahatan menjadi sirna, disamping juga mampu menempatkan fungsi dan peranan Tuhan dan manusia pada tempatnya masing-masing, Tuhan dinyatakan tetap berkuasa, berkehendak dan memberi ijin, sebaliknya manusia muncul sebagai sosok yang diberi hak untuk memilih apa yang akan diterimanya dari kuasa, kehendak dan ijin Allah tersebut, sekaligus tentu dengan segala konsekuensinya. Allah tidak bisa dipersalahkan karena telah mempergunakan kuasa-Nya untuk menyesatkan manusia, makanya Al-Qur’an menyampaikan bagaimana nantinya muncul penyesalan dari orang-orang yang telah disesatkan Allah :
[21:46] Dan sesungguhnya, jika mereka ditimpa sedikit saja dari azab Tuhan-mu, pastilah mereka berkata: "Aduhai, celakalah kami, bahwasanya kami adalah orang yang menganiaya diri sendiri".
Sekarang kita bisa bertanya : “ lalu apa peranan dan fungsi Iblis/syaitan dalam kesesatan yang dilakukan umat manusia..??”
Menarik apa yang disampaikan secara terang dalam Al-Qur’an :
[15:39] Iblis berkata : "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, [15:40] kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka". [15:41] Allah berfirman : "Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya) [15:42] Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat.
Pertama, jelas dinyatakan bahwa Iblis tersesat karena memang atas keputusan dari Allah, artinya juga otomatis berdasarkan kekuasaan, kehendak dan ijin Allah, sama seperti apa yang disampaikan Allah kepada manusia, keputusan Allah tersebut merupakan akibat dari perbuatan Iblis sendiri yang telah membangkang perintah Allah karena kesombongannya. Ternyata disini Iblis sama sekali tidak menyalahkan Allah, tidak ada suatu pernyataan Iblis : “Saya khan tidak punya kuasa apa-apa, jadi kalau saya telah berbuat kesesatan itu karena Engkau telah menciptakan saya punya potensi untuk berbuat demikian..”, Iblis ternyata lebih cerdas dari kebanyakan manusia dan memahami bahwa kebebasan untuk memilih yang ditanamkan Allah dalam dirinya mengakibatkan konsekuensi dari pilihan tersebut akan ditanggung sendiri. Kedua, jelas dinyatakan bahwa sekalipun Iblis diberi ijin untuk menyesatkan manusia, namun IBLIS TIDAK DIBERIKAN KEKUASAAN UNTUK MENYESATKAN MANUSIA, dalam arti kesesatan yang terjadi bukan didasari kuasa, kehendak atau ijin Iblis, tapi merupakan sesuatu yang datang dari Allah. Iblis/syaitan hanya berperan untuk mempengaruhi dan mendorong agar manusia melakukan perbuatan yang kemudian mendasari keputusan Allah untuk menyesatkan manusia tersebut. Kalau kemudian dilemparkan ‘tuduhan’ : “apakah ini artinya Allah ‘bekerjasama’ dengan Iblis/syaitan untuk menyesatkan manusia...??” maka ini dibantah oleh ayat Al-Qur’an yang lain menyatakan bahwa dalam diri manusia diberikan dasar-dasar kehendak bebas :
[91:8] maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
Lalu dilengkapi pernyataan bahwa Allah akan melindungi manusia dari godaan Iblis/syaitan :
[7:200] Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
[23:97] Dan katakanlah: "Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan.
[41:36] Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Pada ayat lain, Allah mewanti-wanti manusia untuk berhati-hati terhadap Iblis/syaitan :
[2:168] Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
[2:208] Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
Al-Qur’an juga menyampaikan bahwa apa yang dilakukan Iblis/syaitan tersebut hanyalah angan-angan kosong yang menyesatkan :
[4:120] Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.
[47:25] Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaitan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka.
Lalu Allah melengkapi lagi dengan ilustrasi bagaimana besarnya penyesalan manusia yang telah mengikuti langkah-langkah Iblis/syaitan ketika di akherat kelak mereka mencoba meminta pertanggung-jawaban ‘mentor-mentor’ mereka tersebut :
[14:21] Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong: "Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: "Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri". [14:22] Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.
Sebagai salah satu contoh, jelas disampaikan bahwa sesuatu yang disembah selain Allah adalah berhala, seperti yang disampaikan dalam ayat ini :
[4:117] Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka,
Tentu saja yang dimaksud Allah disini adalah nama Tuhan dengan eksistensi-Nya yang diinformasikan dalam Al-Qur’an, bukan kata ‘Allah’ dengan pengertian dan eksistensi lain. Ayat ini memberikan hanya 2 pilihan, ketika anda tidak menyembah Allah, Tuhan yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW, juga diajarkan oleh nabi Isa Almasih, Musa, Daud, Ibrahim, maka otomatis anda sudah menyembah syaitan, lalu ketika ayat ini disampaikan kepada loe, kemudian anda bersikap menyombongkan diri, bahkan mencaci-maki ajaran yang bisa membawa anda kepada keselamatan ini, lalu anda tetap bersikukuh untuk meyakinkan diri membenarkan indoktrinasi dan cuci otak yang selama ini disampaikan kepada kamuh,, anda sebenarnya juga ‘kelimpungan’ untuk menemukan kebenarannya, ibarat ‘menegakkan benang basah’, itu artinya anda, dengan kesadaran sendiri, sudah memilih dan mempersiapkan diri agar Allah menjalankan kuasa, kehendak dan ijin-Nya untuk menyesatkan anda.
Pada saat ini, kita semua bisa membaca dan mengakses semua informasi tersebut lewat Al-Qur’an, ketika dalam pikiran kita sudah masuk informasi bahwa Allah Maha Berkuasa, Maha Berkehendak dan Maha Menentukan segalanya yang terkait dengan keselamatan dan kesesatan kita, kita juga sudah diberitahu bahwa Iblis/syaitan sama sekali tidak punya kuasa, dia hanya mampu untuk mengiming-imingi angan-angan kosong, lalu diinformasikan juga bagaimana kelak penyesalan kita apabila kita memilih untuk mengikuti iblis/syaitan, maka masih pantaskan kita kemudian menyalahkan Allah atas kesesatan yang kita lakukan..?? hanya karena Allah bertindak menjalankan apa yang menjadi hak-Nya untuk menetapkan segala sesuatu. Konsep Islam tentang posisi Allah dalam keselamatan dan kesesatan kita menciptakan suatu pikiran : TIDAK ADA JALAN LAIN BAGI MANUSIA UNTUK MENDAPATKAN KESELAMATAN DAN TERHINDAR DARI KESESATAN KECUALI HANYA MENYANDARKAN DIRI KEPADA ALLAH, dalam Al-Qur’an Allah telah menyatakan melalui suatu ungkapan :
[31:22] Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.
Ketika memegang tali kebenaran, boleh jadi suatu saat kita diterpa angin kencang, terombang-ambing kekiri dan kekanan, kadang pegangan kita serasa mau lepas, tangan menggenggam dengan penuh kesakitan, namun sepanjang kita mau berusaha untuk tetap berpegang kepada tali tersebut, Allah telah berjanji untuk menolong kita..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar